Notification

×

DEMA FTIK Menghadirkan Tokoh Pelaku Budaya Penginyongan Pada Seminar Kebudayaan Sebagai Upaya Internalisasi Kearifan Lokal Terhadap Mahasiswa

Selasa, 22 Oktober 2024 | 19.09 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-22T12:09:45Z
Dokumentasi Panitia Seminar Kebudayaan

LPM SKOLASTIK_Budaya merupakan sebuah identitas yang memberikan nilai-nilai filosofis dan historis dalam peradaban sebuah bangsa. Nilai yang terkandung dalam kearifan lokal menjadi peran penting dalam upaya menjada identitas dan integritas bangsa. Dalam hal ini, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan periode 2024/2025 (DEMA FTIK) menyelanggarakan Seminar Kebudayaan yang bertajuk “Pelestarian Warisan Budaya Panginyongan : Inovasi dalam Mempertahankan Budaya Lokal.”. Hal ini diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan mahasiswa FTIK mengenai kearifan lokal, di mana selama ini yang menjadi peran penting dalam meneguhkan identitas kampus UIN. Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto (UIN SAIZU) adalah berbasis pada budaya Panginyongan. 

Seminar kebudayaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, [28/09/2024], bertempat di Auditorium Utama UIN SAIZU. Sementara itu, tujuan dari diselenggarakannya seminar ini, yakni untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa FTIK tentang pentingnya melestarikan budaya panginyongan sebagai warisan budaya lokal. Pada kesempatan itu, acara seminar kali ini dihadiri oleh Bapak Titut Edi Purwanto, sebagai pemateri utama yang merupakan seorang budayawan banyumas yang memprakarsai kearifan-kearifan lokal panginyongan. Selain itu, Bapak Dimas Indianto S, M.Pd.I, juga turut hadir sebagai pemateri kedua yang merupakan seorang sasrtawan muda yang bergerak di bidang kebudayaan sekaligus dosen UIN SAIZU. Acara tersebut diikuti oleh 220 peserta dari berbagai elemen mahasiswa, baik mahasiswa UIN SAIZU maupun mahasiswa Unsoed. 

Dokumentasi Seminar Kebudayaan


Pada kesempatan itu, Bapak Titut Edi Purwanto, menjalaskan tentang bagaimana beliau menjadi seorang pelaku budaya panginyongan. Menurutnya, budaya panginyongan ini bukan sekedar inovasi. Namun, beliau memposisikan dirinya sebagai pelaku untuk mengenalkan eksistensi budaya—bahasa panginyongan dan tradisinya—kepada anak-cucu dalam menanamkan kearifan lokal pada generasi mendatang. Sebab, budaya adalah peran sentral dalam mengaktualisasi bangsa melalui trasdisi sebagai identitasnya.

“Acara ini bertajuk inovasi, tapi saya tidak pernah berpikir untuk mempertahankan budaya lokal saja. Yang penting saya melakukan untuk anak-cucu saya untuk mengenalkan budaya panginyongan. Salah satunya bahasa, kemudian tradisi, meskipun dalam melakukannya perlu biaya yang mahal.” Ujarnya.

Begitu pula dengan materi yang disampaikan oleh Bapak Dimas Indianto S, M.Pd.I, yang menjelaskan peran pemuda dalam menjaga eksistensi dan esensi budaya adalah dengan menjadi pelakunya. Dalam hal ini, tugas pemuda dalam memainkan peran internalisasi kebudayaan yakni meliputi: mempelajaran, mengenalkan, mempublikasikan, mendokumentasikan, dan melestarikan. Pola ini menjadi strategi pemuda dalam menjaga nilai kearifan lokal, terlebih sebagai seorang mahasiswa yang pola pergerakannya dapat membahwa perubahan besar.

Hal ini menjadi upaya yang serius dalam menekuni budaya sebagai pengenalan karakter bangsa di ranah publik. Sebab, budaya merupakan hal yang tidak hanya dipelajari. Namun, budaya juga perlu dilakukan sebagai sistem pola masyarakat yang aplikatif dan kontekstual. Perkembangan budaya yang dilestarikan dari zaman ke zaman, tentu akan menghasilkan sebuah upaya antisipasi masuknya budaya luar yang dapat sewaktu-waktu menyebabkan dekandensi moral. Oleh karena itu, DEMA FTIK dalam hal ini menunjang pengetahuan mengenai budaya lokal panginyongan terhadap mahasiswa maupun khlayak umum untuk saling mengenalkan dan melestarikan. 

Seminar Kebudayaan ini merupakan program kerja hasil dari inisiasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan DEMA FTIK sebagai maksud untuk menginternalisasikan peran budaya terhadap karakter mahasiswa. Harapanya, acara ini dapat memberikan edukasi dan pengalaman terhadap mahasiswa dan khalayak umum untuk mampu menjadi pelaku dalam melestarikan budaya panginyongan dari generasi-generasi.***

Editor : LPM SKOLASTIK
Penulis : M. Umar Ibnu Malik