![]() |
Foto: E-library |
Judul buku: Filsafat Pendidikan, Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer
Pengarang: Septian Aji Permana
Kategori: Buku Referensi
Bidang Ilmu: Ilmu Pengetahuan Sosial - Filsafat
ISBN: 978-602-73095-1-7
Halaman: 116 hlm
Tahun Terbit: 2017
Mengenai asal usul kata dari filsafat sendiri, mungkin sudah banyak buku, jurnal, artikel bahkan dari website-website yang ada di media massa saat ini mampu mencakup segalanya. Singkatnya, Filsafat dari Bahasa Yunani “Philosophia” artinya adalah “cinta akan kebijaksanaan”. Ada 2 kata yang masing-masing memiliki arti. “Philen” artinya “mencintai”, dan “Sophia” artinya kebijaksanaan.
Nah, sebutan untuk orang yang melakukan filsafat yaitu “filsuf” atau “filosof”, yang artinya orang-orang ini merupakan pecinta kebijaksanaan. Maka dari itu, muncullah pemikiran-pemikiran yang bijaksana, terstruktur, tersusun, dan logistic dari zaman ke zaman.
Hubungan antar- filsafat ilmu dengan pendidikan itu untuk mengembangkan potensi manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, rasa, maupun daya kehendaknya, sehingga potensi tersebut menjadi nyata dan dapat digunakan.
Filsafat pendidikan berfungsi sebagai sumber inspirasi dalam menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat dan memberikan jalan yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan standar teori pendidik. Agar siswa tidak salah paham, guru juga harus memahami konsep-konsep yang akan dipelajari, dan seni mengajar materi topik yang relevan.
Filsafat pendidikan mencoba menjawab pertanyaan tentang hal-hal seperti kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum, pembelajaran, dan aspek lain dari pendidikan.
Tugas filsafat adalah menerapkan pemikiran rasional, analisis, dan teoritis secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal tentang masalah hidup dan kehidupan manusia. Hasil dari proses pemikiran ini adalah pandangan dasar hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikannya yaitu sistem pendidikan merumuskan alat prasarana yang membantu proses pengajaran tujuan pendidikan, isi moralnya, kemudian sumber lapangan studi secara normatif.
FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
Filsafat Pancasila ini merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai dasar negara dan melek budaya bangsa secara menyeluruh. Dilihat dari keberagaman kebudayaan yang ada, maka proses hubungan erat yang eksistensi dari kehidupan bangsa menjadi tantangan yang besar.
Dari segi aspek-aspeknya meliputi; aspek ontologi yang menyelidiki esensi dan eksistensi segala sesuatu, dan aspek epistemologis yang menyelidiki sumber, proses, syarat batas, validasi, dan hakikat ilmu. Terakhir ada aspek aksiologis yang menyelidiki definisi jenis, tingkatan, sumber, dan hakikatnya secara kesemestaan.
Fungsi filsafat Pancasila dalam pendidikan suatu bangsa secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang dianut. Karena, pendidikan Pancasila ini mencerminkan idendtias bangsa. Dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003 berbunyi: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehiduapan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan. Selain itu, berfungsi untuk mendukung eksistensi bangsa, dan meningkatkan kualitas menyesuaikan pada peradaban modern.
FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME
Pragmatisme ini pemikiran yang beranggapan bahwa jika ada kebenaran dalam sesuatu adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar. Dalam artian, makna dalam segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan. Tokoh-tokohnya pada masa itu ada; Charles Sanders Peirce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952).
Nah, untuk hubungannya dengan filsafat pendidikan berdasarkan dengan 3 pokok pemikiran seperti; pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, pendidikan sebagai pertumbuhan, dan pendidikan sebagai fungsi sosial.
Pragmatisme bertujuan bahwa pendidikan harus dihasilkan dari situasi kehidupan sekeliling pendidik, harus fleksibel, dan mencerminkan aktivitas yang bebas. Sama halnya dengan metode dari pragmatisme ini yang aman digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin dan kekuasaan.
FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
Ekseistensialisme merupakan penolakan yang luas kepada masyarakat yang suda merampas individualis manusia. Pada ekseistensialisme sendiri, memiliki 2 aliran; theistic (bertuhan) dan atheistic (tidak bertuhan).
Bagi dunia pendidikan, eksistensialisme bukanlah filsafat yang sistematis, tetapi memberi semangat dan sikap yang dapat diterapkan dalam usaha pendidikan. Hubungan eksistensialisme dengan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia pada hakekatnya adalah sebuah upaya untuk mendidik dan membentuk warga negara yang baik dalam kerangka NKRI. Tujuannya untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berfikir reflektif.
FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
Pendidikan idealisme ini menekankan pada hal-hal yang bersifat ide, merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.Dalam pemikiran ini memiliki prinsip reality tersusun atas substansi sesuai gagasan. Kenyataan yang tampak bukan kebenaran yang hakiki. Idealisme menganggap roh lebih tinggi derajat disbanding manusia. Dan idealisme ini berorientasi dengan hal-hal yang spiritual.
Menurut Smith (1984) idealisme ini di jadikan 3 kelompok; ada idealisme subjektif-immaterialisme, idealisme obyektif, idealisme personal. Tokohnya ada Immanuel Kant, Plato, Pascal, J. G. Fichte, F. W. S. Schelling, dan G. W. F. Hegel.
Hubungannya filsafat dengan Pendidikan idealism ini berfungsi agar anak didik bisa memiliki kehidupan yang mempunyai makna, menjadi pribadi yang harmonis, dan diharapkan dapat membantu individu lain untuk life better.
FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME
Filsafat progresivisme bersifat fleksibel, cenderung positif pada akal fikiran dengan pengalaman inderanya. Aliran progresivisme yaitu realitas, nilai-nilai, dan pendidikan, yang dimana itu bertolak belakang dari penjelasan Soemargono (1992) yang diantaranya; child centered, teacher-centered, dan subject-centered. Tujuannya Pendidikan harus fleksibel, mencerminkan aktivitas bebas, dan bersumber pada kehidupan berlangsung.
FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME
Esesnsialisme merupakan suatu paham pandangan humanism yang paling dasar, reaksi kehidupan yang mengarah kepada duniawi yang serba materialistik. Tokoh-tokoh aliran Pendidikan esensialisme ini, Desidarius Erasmus, Johan Amos Comeniuc, John Locke, Johann Henrich Pestalozzi, Johann Frederich Frobel, Johann Fiedrich Herbart, dan William T. Harris. Tujuan dari Pendidikan esensialisme itumemberikan dasar kebijakan pada penbdidikan yang fleksibilitas, dimana terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak adanya doktrin tertentu.
FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
Perenialisme artinya abadi. Filsafat ini lahir sebagai reaksi pendidikan progresif yang menentang penekanan perubahan sesuatu yang baru. Yang percaya atau segala sesuatu itu ada tolak ukurnya (benda) mengenai kenyataan dan pengetahuan. Tokohnya ada Plato, Arisoteles, dan Thomas Aquita.
Hubungan antara filsafat dengan pendidikan yaitu pokok pendidikan itu pengajaran, sedangkan kalo menjadi pengajar atau secara tidak langsung menjadi pendidik harus membantu peserta didik menemukan kebenaran-kebenaran dalam hal keingin tahuan peserta didik dalam suatu hal. Kebenaran ini diperoleh melalui latihan intelektual, yang menjadikan tersusun dan sistematis. Tujuan perenialisme itu agar tujuan kebenaran yang hakiki dalam proses pendidikan bisa terwujud juga terlaksana.
REKOMENDASI
Dari pemaparan diatas, buku ini cukup di rekomendasikan terutama untuk siswa/i SMP/MTs, SMA/SMK/MA/SLTA, mahasiswa maupun guru Sosial pun, sebab di sini terdapat macam-macam aliran, pendapat, bahkan sistematis, cara praktik dari masing-masing aliran. Penjelasan yang ada dibuku ini menjadi jalan pintas pengetahuan yang bagus.
Penulis: Naila Izzatul Ihya
Editor: LPM Skolastik